Aku terlalu mencintainya melebihi
diriku sendiri. Selalu histeris dalam hati ketika melihat senyum dibibir merah
mudanya. Pesona yang dipancarkan seperti tak akan pernah abis dimakan waktu.
Aku akan melayang saat dia tertawa menampakan gigi kelinci imutnya. Dan jantungku
akan berpacu hebat dikala berpapasan dengannya.
Terik mentari tak membuatku lelah berdiri menatap malaikat yang diturunkan Tuhan di sekolahku. Ku lihat dia sedang duduk di taman seorang diri.
Aku bertanya dalam hati, “Apakah ada seseorang yang sedang ia tunggu? Jika iya, siapa orang itu?” Mataku melihat ke sekitar. “Tak ada siapapun di sini. Kecuali aku dan dia.”
Terik mentari tak membuatku lelah berdiri menatap malaikat yang diturunkan Tuhan di sekolahku. Ku lihat dia sedang duduk di taman seorang diri.
Aku bertanya dalam hati, “Apakah ada seseorang yang sedang ia tunggu? Jika iya, siapa orang itu?” Mataku melihat ke sekitar. “Tak ada siapapun di sini. Kecuali aku dan dia.”
Tak berapa lama, kedua mataku
menangkap sosok wanita berlari kecil ke arahnya. Tubuhnya yang ramping ditambah
wajah yang begitu cantik jika dibandingkan denganku. Sangat jauh malah. Aku mulai penasaran dengan wanita
itu. Ada hubungan apa sebenarnya diantara mereka?
Aku berpura-pura duduk di salah
bangku taman juga yang letaknya tak jauh dari mereka. Ku tutupi wajahku dengan
novel yang ku pegang sedari tadi. Kedua telingaku, ku pasang
lebar-lebar bersiap untuk mendengarkan percakapan mereka. Keterlaluan memang.
Bisa-bisanya aku sampai melakukan hal sejauh ini.
“Chagiya~ Kenapa kau lama sekali, hmm? Aku bosan menunggumu sendiri.”
“Aigo~ Kau ini seperti anak kecil.”
‘Chagiya?
Aku tidak salah dengar kan? Tuhan apa ini? Sejak kapan dia punya hubungan
dengan wanita itu?’ Seperti disambar petir di siang
bolong. Tubuhku bergetar hebat menahan tangis. Jantungku seperti berhenti
berdetak seakan maut telah datang menjemputku. Kenapa aku tidak pernah tahu
mengenai hal ini? Bahkan aku sudah bertahun-tahun mengamatinya. Tapi hal seperti
ini aku tidak pernah tahu?
Jungkook ... kenapa kau tega seperti
ini! Akulah yang seharusnya berada diposisi itu, bukan wanita itu! Bodoh!
Harusnya aku lakukan hal itu sejak dulu. Menyatakan padanya kalau aku
benar-benar mencintainya. Sekarang semuanya tak berarti. Penantianku yang
panjang harus berakhir menyedihkan. Aku tak kuat lagi melihat kedekatan
mereka. Ku putuskan untuk pergi dari tempat itu. Air mataku terus berurai tanpa
ampun. Aku tak peduli dengan mereka yang memandangiku dengan tatapan aneh. Kecewa, marah bahkan lebih dari itu.
Dadaku mulai terasa sesak. Aku kesulitan untuk bernafas. Tuhan, ini sudah cukup
bagiku. Aku rela jika akhirya dia lebih bahagia dengan orang lain. Hatiku sudah
ikhlas untuk melepaskan semua impian besarku untuk bersamanya. Walau sebenarnya
itu sangatlah tidak mudah.
***
Tanganku mulai bergerak merapikan
buku-buku di atas mejaku. Aku memasukannya ke dalam tas punggungku. Aku tak
peduli lagi dengan pelajaran yang seharusnya aku selesaikan hari ini. Aku
memilih untuk pulang menenangkan diri. Aku berjalan cepat menuju pintu
kelas.
Ku langkahkan kakiku pasti. Tentu air mata masih membasahi pipiku dan
mataku yang mulai membengkak. Saat aku berjalan di koridor sekolah,
tak sengaja mataku bertemu dengan teman sekelasku. Aku segera menundukan
wajahku dan mempercepat langkahku. Aku takut dia akan menanyaiku dengan
berbagai pertanyaan. Dan benar, dia mulai curiga denganku.
Dia langsung menarik tanganku. Memegangnya sangat erat sampai aku meringis
kesakitan.
“Ya!
Park Junhye! Siapa yang membuatmu
menangis? Apa laki-laki itu lagi yang melakukannya?” Kim Taehyung, teman
sekelasku ini mulai menatap tajam mataku dengan pertanyaannya. Aku diam tak
merespon.
“Kau bisu, eoh? Apa perlu aku menghajarnya sekarang? Memberitahu semua padanya?”
Tae-hyung benar-benar marah. Wajahnya terlihat sangat emosi. Aku tetap memilih
diam. Aku dapat merasakan beberapa pasang mata yang melihat ke arah kami.
“Junhye-ya! Jawab pertanyaanku kali ini. Aku mohon padamu. Aku tidak tahan
melihatmu harus menangisinya seperti ini.”
Air mataku berderai lagi. Aku tak sanggup menceritakan padanya. Aku langsung memeluk pria itu sangat erat. Laki-laki itu-Kim Taehyung-tampaknya dia sangat terkejut dengan tindakanku. Tapi aku tak peduli, aku ingin menumpahkan semua kesedihanku dalam pelukannya.
Aku merasakan tangannya mulai
mendekapku ke dalam dada bidangnya. Aku bahkan bisa merasakan detak jantungnya
yang berdegup tak karuan. Aku tahu kenapa Taehyung seperti ini. Dia sudah lama
menyukaiku, dan selalu mengatakan ingin menjadi pacarku. Tapi aku terus
menolaknya. Semua karena laki-laki itu–Jungkook-yang berhasil mengambil hatiku
seutuhnya. Kim Taehyung sebenarnya laki-laki
yang sangat baik dan juga perhatian padaku. Dia rela menjadi tempat curahan
hatiku. Aku memang jahat padanya. Aku selalu menceritakan semua hal tentang
Jung-kook dengannya. Sangat bodoh, aku tak pernah memikirkan persaaanya. Aku
hanya mementingkan diriku sendiri.
Akhirnya, hari ini aku mulai bangun
dari sadarku. Aku menyadari bahwa Kim Taehyung-lah yang selama ini selalu ada untukku. Selalu menghiburku dengan
lelucon anehnya.
“Park Junhye, untuk terakhir kalinya
aku mengatakan ini padamu. Apakah kau mau menjadi kekasihku?” Taehyung
mengatakan hal itu lagi di depanku. Aku melepaskan pelukanku. Aku menatapnya
dalam-dalam.
“Kau sungguh ingin menjadi namjachingu-ku, Kim Taehyung?” tanyaku
untuk memastikan kembali ucapannya. “Aku sungguh-sungguh. Aku berjanji,
aku tidak akan mengecewakanmu. Karena aku benar-benar tulus mencintaimu,” aku
berpikir sejenak. Menimbang-nimbang keputusan yang akan aku ambil.
“Kim Taehyung ... aku... aku mau menjadi
kekasihmu,” ucapku tanpa ragu sedikitpun dihatiku. Tae-hyung langsung memelukku
dan mengecup keningku. Ia menampakan senyuman kahsnya. Aku memukul dadanya
pelan.
“Ya!
Apa kau tidak malu? Semua orang melihat ke arah kita?” aku sungguh malu dengan
tindakannya. Aku yakin wajahku memerah sekarang. Tapi, dia hanya tersenyum
lebar. Membuatku semakin kesal saja.
“Aku tidak peduli. Sekarang aku
sangat bahagia. Akhirnya kau membuka hatimu untukku. Jadi tunggu apa lagi, ayo
kita kembali ke kelas, sebentar lagi bel masuk.” Taehyung menggandeng tanganku.
Aku hanya mengangguk mengikutinya. Sepanjang langkahku, Taehyung
menggenggam tanganku erat. Aku bisa merasakan cinta yang tulus dari tatapan
matanya.
Rencanaku untuk pulang telah gagal karena lelaki itu. Hatiku yang awalnya sangat hancur dan sakit, menghilang sekejap karenanya. Ya, lelaki yang baru saja menjadi kekasihku. Kini semuanya seakan terbayar sudah. Karena kehadirannya yang menggantikan seseorang yang pernah ada dalam hatiku. Aku harus melupakannya mulai detik ini. Akan ku mulai hidupku yang baru bersamanya. Gomawo-yo Kim Taehyung ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar