|
cr. AliyyahSipguArt |
“Kenapa dengan wajahmu? Dipecat lagi? Ternyata
wajah tampanmu tidak sebaik nasibmu,” ucap temannya diselingi tawa kecil.
Jeon
Jungkook, mantan artis terkenal di Korea Selatan. Semuanya bermula dari seorang
fans wanitanya yang mengaku telah dilecehkan oleh Jungkook. Sejak berita itu
mencuat di internet, banyak netizen yang berkomentar negatif bahkan mengecam
tindakan yang dilakukannya.
“Berhenti
mengejekku. Setidaknya aku telah berusaha. Wah, kebetulan. Kau tahu saja kalau
aku sedang lapar.” Jungkook langsung mengambil sumpitnya dan menyantap dengan
lahap ramyun yang dimasak oleh temannya.
“Apa
kau sangat lapar mantan artis Jeon Jungkook?” ejek temannya itu. Jungkook
mendelikkan matanya. Ia sangat sensitif jika mendengar kata tersebut.
“Oh,
iya, kebetulan ada tempat kerja yang sedang memerlukan pegawai. Ini alamatnya.
Kau bisa datang besok pagi ke sana.” Juhee, menyodorkoan alamat itu pada
Jungkook.
“Toko
bunga?” gumam Jungkook. Lalu ia melirik Juhee yang sedang makan.
“Apa
kau tidak salah memberikan pekerjaan ini padaku? Pekerjaan ini seharusnya
dikerjakan oleh wanita bukan laki-laki sepertiku,” protesnya.
“Hei,
kau ini. Aku sudah berbaik hati memberikan pekerjaan untukmu, kenapa kau tidak
berterima kasih padaku?” Jungkook kemudian tersenyum manis sambil mendekatkan
tubuhnya pada Juhee. Juhee yang merasa risih, mendorongnya untuk menjauh.
“Menyingkirlah
dariku! Berhenti memasang wajah seperti itu, sangat menjijikan!”
***
Kurang
lebih 1 jam, Jungkook menempuh perjalanan dari rumahnya. Dia berdiri memandangi
toko bunga tersebut.
“Benarkah
aku akan bekerja di tempat ini? Tapi tidak apa-apa. Ini kesempatan yang tidak
datang dua kali.”
Jungkook
melangkah ragu untuk masuk ke toko tersebut. Sampai di depan pintu toko, ia
masih berdiri memikirkan kembali apakah ia akan benar-benar bekerja di tempat
itu.
KLENTENG!!!
Suara
lonceng yang terdapat di atas pintu toko berbunyi, untuk menandakan adanya
pembeli yang datang.
“Pagi,
selamat datang di Toko Bunga Jihyun!”
Sambutan
hangat menggema ditelinga Jungkook. Dilihatnya seorang gadis menyapa dengan
manis. Rambut panjang yang tergerai indah menambah kecantikkannya.
Jungkook
membalas senyuman gadis itu. Ia terpaku akan pesona yang dipancarkan gadis
tersebut.
“Ada
yang bisa saya bantu? Anda sedang mencari mawar apa?” tanya gadis itu. Jungkook
masih tak sadar dengan senyum masih terpatri diwajahnya.
“Maaf,
Anda tidak apa-apa?” tanyanya lagi.
“Ma.. maaf. Tadi kau bertanya apa?” Jungkook
tersadar dari lamuanannya. Dia terlihat salah tingkah dan kikuk.
“Anda
sedang mencari mawar apa?” Gadis itu mengulangi pertanyaannya.
“Ah..
Benarkah toko ini sedang mencari pegawai? Aku ingin bekerja di tempat ini.
Bisakah aku bertemu dengan pemilik toko bunga ini?”
“Aku
pemilik toko bunga ini. Namaku Nam Jihyun, kau bisa memanggilku Jihyun.”
Jungkook
terlihat kaget, ternyata gadis yang sedari tadi berbicara dengannya adalah
pemiliki toko bunga tersebut.
“Jadi
Anda pemilik toko ini? Maaf, apakah Anda menerima pegawai? Aku sedang membutuhkan
pekerjaan.”
“Tentu,
aku butuh seseorang untuk mengantarkan pesanan bunga dari pelangganku. Selama
ini akulah yang mengantarkan pesanan bunga untuk mereka. Kau bisa mulai bekerja
hari ini.”
“Ha..
hari ini?” tanya Jungkook untuk memastikan kembali.
“Ya,
hari ini. Nah, sekarang tolong antarkan bunga mawar putih dan kuning ini. Ini
alamatnya.”
Jungkook
menerima dua buket bunga yang diberikan oleh Jihyun. Dia masih tak percaya
harus menjadi pengantar bunga. Ia tak pernah membayangkan pekerjaan ini
sebelumnya.
“Lalu
bagaimana aku mengantarkan bunga ini?”
“Kau
menggunakan sepeda yang ada di depan toko.”
Lagi-lagi
Jungkook dibuat tak percaya dengan perkataan gadis itu. Ia belum pernah sama
sekali menaiki sepeda. Jungkook merasa cemas jika bunga ini tidak sampai pada
pelanggan yang dimaksud Jihyun. Mungkin, ia akan mendapat kata “pecat” lagi
kali ini.
“Sepeda?
Kenapa tidak menggunakan motor saja? Itu akan menghemat waktu dan pesanan akan
cepat sampai,” Jungkook berasalan.
“Di
tokoku memang seperti itu. Apa ... kau tidak bisa menaiki sepeda?” tanya Jihyun
mulai menyelidik.
“A..
aku, tentu aku bisa. Jangan khawatir, aku akan mengantar bunga ini lebih cepat
dari yang kau kira. Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu.”
Jungkook
melihat sepeda yang berwarna putih lengkap dengan keranjang di depannya. Ia
mengacak rambutnya saat melihat sepeda itu.
“Aku
harus mengantar bunga? Aish!
Bagaimana caranya aku menaiki sepeda ini?” Jungkook meletakkan kedua bunga
mawar tersebut di keranjang, dan mencoba untuk menaiki sepeda itu. Ia terlihat
kesusahan saat mengayuh pedalnya.
“Oh,
Tuhan... apakah ini balasan untuk makhluk setampan diriku? Ini terlalu sulit
untukku,” keluhnya. Tapi tetap saja Jungkook akan mengantarkan bunga tersebut.
***
Entah
berapa kali Jungkook harus terjatuh dari sepedanya. Gadis-gadis yang tengah
berjalan, menahan tawa saat melihatnya. Jungkook hanya bisa menundukkan kepala
menutupi malu.
“Bahkan
aku belum pernah ditertawakan seperti ini. Dasar mawar pembawa sial! Gara-gara
kau, aku harus menerima ini semua.
Jungkook
menghembuskan nafasnya pelan-pelan. “Sabar Jungkook, ini demi Jihyun dan
pekerjaanmu.” Dengan pasrah ia menuntun sepeda itu sampai ke tempat tujuan.
Keringat
mengucur dari dalam tubuhnya, membuat kemeja yang dia gunakan basah. Cuaca hari
ini memang cukup panas. Tapi, pesanan bunga mawar itu harus segera sampai.
Setengah
jam sudah Jungkook menuntun sepedanya, dan tibalah ia di rumah pelanggan
Jihyun.
“Permisi!
Aku pengantar bunga dari Toko Jihyun!”
Tak
menunggu waktu lama, sang pemilik rumah keluar membuka pintu gerbangnya.
“Kenapa
lama sekali. Bungaku.. Hei! Apa yang kau lakukan dengan bungaku? Aku tidak mau
menerimanya. Katakan pada Jihyun, aku ingin dia yang mengantar bunganya dan
gantikan dengan yang baru,” pelanggan itu memarahi Jungkook karena mawar yang
dipesannya telah rusak.
“Tapi
nyonya, itu ...” pelanggan tersebut langsung masuk ke rumah. Jungkook sangat
kesal. Ia tak berhenti mengumpat tentang pelanggan tersebut.
***
Jungkook
tidak tahu harus berkata apa pada Jihyun. Ia harus membawa kembali bunga mawar
itu. Sudah terlihat layu seperti suasana hatinya.
Saat
kembali ke toko pun, Jungkook kembali menuntun sepeda itu. Di bawah terik
matahari, Jungkook harus berjuang untuk sampai ke toko. Ini pengalaman yang
tidak akan ia lupakan sepanjang hidupnya.
Jungkook
melambatkan langkahnya saat sampai di toko. Ia melihat Jihyun sedang menata
bunga mawar yang berada di depan tokonya.
Tak
disangka, Jihyun melihat ke arahnya. Dengan cepat Jungkook memalingkan wajahnya
sambil berjalan mendekat ke toko. Jihyun menatap aneh, kenapa Jungkook membawa
kembali bunganya. “Bunganya, kenapa dibawa kembali? Apakah dia tidak berada di
rumah?”
Jungkook
semakin menundukkan kepala. “Kau boleh memecatku Jihyun. Maafkan aku tidak
bekerja dengan baik. Aku merusak bunganya.”
“Jangan sedih seperti itu. Aku tahu, kau tidak
bisa naik sepeda, kan? Aku melihatmu dari dalam saat kau pergi mengantar bunga.
Tapi, kau pasti akan malu jika kau tahu tentang itu. Makanya aku tidak menolongmu,”
jelasnya. Jungkook benar-benar malu sekarang.
“Baiklah,
sekarang ayo kita antar bersama bunga mawar baru untuknya. Apa kau mau?” ajak
Jihyun. Jungkook mengernyitkan keningnya. Jika Jihyun mengajaknya, maka
Jungkook harus membonceng Jihyun. Jungkook tidak mau jika gadis itu harus
terluka karena dirinya.
“Tapi,
aku kan tidak bisa naik sepeda. Apa kau akan memboncengku?” pertanyaan Jungkook
membuat Jihyun tertawa. Itu semakin membuat Jungkook malu dan merasa bodoh akan
pertanyaannya.
“Aku
akan mengajarimu.”
Sebelum
mengantar bunga, Jihyun mengajari Jungkook berlatih sepeda. Dengan telaten dan
penuh kesabaran Jihyun mengajari Jungkook sampai dia berhasil menyeimbangkan
tubuhnya dengan sepeda. Perlahan Jungkook mulai bisa mengendalikan sepedanya.
“Sekarang
apa kau siap?” Jungkook menggangguk ragu. Tapi dia yakin bisa.
Jihyun
sudah berada diboncengan dengan membawa bunga sementara Jungkook siap untuk
mengayuh sepeda. Tangan Jihyun melingkar dipinggang Jungkook membuat laki-laki
itu semakin tidak konsentrasi dengan sepedanya.
Awalnya,
Jungkook sangat kesulitan karena ia tidak lagi membawa bunga tapi seorang gadis
pemilik toko bunga mawar tempatnya bekerja.
“Pegangan
yang erat Jihyun. Aku takut kau akan terjatuh nanti.” Jihyun menuruti apa yang
dikatakan Jungkook.
Perlahan
sepeda yang mereka naiki mulai berjalan. Jihyun yang berada diboncengan mulai
cemas.
“Jungkook
konsentrasi. Pelan-pelan saja,” kata Jihyun. Jungkook kembali mengayuh sepeda
itu semakin lama semakin lancar ia membawanya.
“Jungkook,
kau berhasil!” Jihyun kegirangan.
Jungkook
lupa kalau ia sedang membawa Jihyun. Ia bertepuk tangan melespaskan stang. “Ya,
Jihyun aku bisa!” ucapnya tak kalah senang. “Jungkook, sepedanya!” Jihyun
berteriak.
Jungkook
dan Jihyun tertawa lepas akan tingkah mereka. Diiringi dengan candaan Jungkook
yang membuat Jihyun tak berhenti tertawa. Laki-laki itu meralat kata-katanya
akan bunga mawar yang membuatnya sial, tapi kini bunga mawar itu membawa
keberuntungan yang tak terduga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar