Senin, 27 Maret 2017

Lantai Dua

Menatap keluar dari balik jendela yang membatasi
Ah... aku menanti kehadiranmu melintasi ruangan ini
Untuk melihat walau sekejap namun berarti
Ku berdiri di depan ruang tempat ku menatapmu dari jauh
Tak masalah bagiku, jika mataku masih bisa melihatmu
Lantai dua, tempat ku untuk memperhatikan gerak-gerikmu
Sudah lama, sejak kaki kali pertama menginjak tempat yang sama dengamu

Ada debar setiap kali kedua manik mataku menangkap sosokmu
Tak jarang mata kita saling bertemu dan beradu
Sering pula detak jantungku berpacu kala berpapasan denganmu
Menunduk malu, karena tak ada keberanian menatapmu sedekat itu
Sihir apa yang kau gunakan sampai aku tak bisa berpaling darimu?
Begitu besarkah pesonamu hingga berhasil membuatku memujamu?
Apakah ini tanda-tandanya aku menyukaimu
atau mungkin akan lebih dari ini?
Jangan katakan kalau akhirnya ada rasa selain suka
Cinta misalnya...
Cinta yang bersemi di bangku kuliah
Jika iya, aku tak kan mengelak lagi

Mungkinkah hatiku telah terpaut olehmu?
Tak terbayang jika kau adalah orangnya
Laki-laki bertubuh mungil dengan gaya khas-nya
Jika memang benar, kan ku katakan walau ragu
Ku buang rasa malu agar tersampaikan isi hatiku

Terima atau tidak aku tak peduli dengan hasilnya
Yang aku tahu, aku jatuh hati sejak saat itu juga
Sejak kau dan aku saling bicara dalam ruang yang sama
Sampai tercipta suatu kata yang ku sebut “Cinta”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar